merk Raket Li ning vs Yonex

Review raket Li ning vs Yonex

Dalam dunia bulutangkis, memilih raket yang tepat adalah kunci untuk performa maksimal di lapangan. Dua merek raket bulutangkis yang sering menjadi pilihan utama adalah Yonex dan Li-Ning.

Kedua merk raket ini memiliki perbedaan signifikan dalam teknologi, kualitas dan harga, yang membuat mereka menonjol dalam daftar merk raket badminton terbaik.

Yonex dikenal dengan inovasi teknologi raketnya yang canggih, sementara Li-Ning menawarkan kekuatan dan durabilitas yang luar biasa.

Mari kita telusuri lebih dalam perbedaan kedua merk raket ini, untuk membantu Anda menentukan pilihan merk raket yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya bermain Anda.

Beda Raket Li-Ning vs Yonex

Sejarah dan Latar Belakang

Yonex

Yonex didirikan pada tahun 1946 oleh Minoru Yoneyama di Jepang. Awalnya, perusahaan ini memproduksi pelampung kayu untuk jaring ikan.

Setelah mengalami kebangkrutan, Yonex memutuskan untuk beralih memproduksi raket bulutangkis pada tahun 1961. Keputusan ini terbukti tepat, karena Yonex berhasil menjadi salah satu merek terkemuka dalam dunia bulutangkis.

Keberhasilan Yonex makin terlihat ketika mereka mencapai puncak popularitas pada tahun 1994, bekerja sama dengan berbagai asosiasi bulutangkis dunia.

Dengan pendapatan mencapai 51 miliar Yen atau sekitar 6,6 triliun Rupiah pada tahun 2020, Yonex kini menduduki posisi ketujuh sebagai brand olahraga paling menguntungkan.

Li-Ning

Li-Ning didirikan pada tahun 1990 oleh Li Ning, mantan pesenam Olimpiade asal Tiongkok. Sebagai pendiri dan ketua hingga tahun 2015, Li Ning berhasil membawa perusahaannya ke kancah internasional melalui berbagai inovasi dan strategi pemasaran.

Dengan pendapatan mencapai 14,4 miliar Yuan atau setara dengan 31 triliun Rupiah pada tahun 2020, Li-Ning telah menjadi salah satu brand olahraga terbesar di dunia, bahkan mengungguli Yonex dengan menduduki posisi ketiga sebagai brand olahraga paling menguntungkan.

Teknologi dan Inovasi Raket

Yonex

Yonex terkenal dengan berbagai teknologi canggih yang diterapkan pada raketnya. Teknologi Super Slim Long Shaft membuat raket Yonex sangat ringan namun kuat, membantu pemain menghasilkan pukulan cepat dan akurat.

Nanometric Technology meningkatkan kekuatan ikatan antara serat karbon, memberikan sensasi ringan dan kontrol yang mudah.

Dengan teknologi seperti ini, raket Yonex sering digunakan oleh atlet-atlet terkemuka dunia, termasuk pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya, yang menggunakan Yonex Astrox 88 D Pro dan Astrox 88 S Pro.

Informasi tambahan:

Li-Ning

Li-Ning juga tidak kalah dalam hal teknologi. Mereka menggunakan teknologi TB Nano, yang menggabungkan serat karbon dan resin untuk meningkatkan elastisitas, stabilitas dan durabilitas raket.

Selain itu, teknologi UHB Shaft membantu meningkatkan performa pemain dalam melakukan smash. Raket-raket andalan seperti Li-Ning Tectonic 9 dan Aeronaut 9000 digunakan oleh atlet tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, menunjukkan kepercayaan mereka terhadap kualitas produk Li-Ning.

Diversifikasi Produk

Yonex

Selain memproduksi raket bulutangkis, Yonex juga merambah berbagai bidang olahraga lainnya seperti tenis, golf dan atletik.

Mereka memproduksi berbagai peralatan olahraga, mulai dari raket tenis hingga pakaian dan sepatu olahraga. Diversifikasi produk ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan dan kemampuan produksi Yonex dalam industri olahraga.

Li-Ning

Li-Ning juga diversifikasi produknya, namun lebih fokus pada peralatan dan pakaian olahraga. Salah satu produk andalan mereka adalah sepatu olahraga, termasuk sepatu basket dengan teknologi Flying Armor.

Meski tidak seluas Yonex dalam berbagai cabang olahraga, Li-Ning tetap menunjukkan kualitas tinggi dalam setiap produk yang mereka keluarkan.

Harga dan Ketersediaan

Yonex

Harga raket Yonex bervariasi tergantung pada teknologi dan modelnya. Misalnya, Yonex Astrox 88 D Pro dan Astrox 88 S Pro masing-masing dibanderol sekitar 2,8 juta dan 2,7 juta Rupiah.

Harga ini mencerminkan kualitas tinggi dan teknologi canggih yang diterapkan pada raket-raket tersebut, membuatnya menjadi pilihan utama bagi banyak atlet profesional.

Li-Ning

Raket Li-Ning juga memiliki variasi harga yang luas. Misalnya, Li-Ning Tectonic 9 yang digunakan oleh Jonatan Christie dibanderol sekitar 3 juta Rupiah, sementara Li-Ning Aeronaut 9000 yang digunakan oleh Anthony Ginting sekitar 2,1 juta Rupiah.

Meskipun lebih mahal dibandingkan beberapa model Yonex, raket Li-Ning menawarkan teknologi mutakhir dan kualitas yang sebanding.

Popularitas dan Penggunaan oleh Atlet

Yonex

Yonex sangat populer di kalangan atlet bulutangkis dunia. Banyak pemain top seperti Kento Momota dari Jepang, Viktor Axelsen dari Denmark dan pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya, menggunakan raket Yonex dalam pertandingan internasional.

Popularitas ini menunjukkan kepercayaan tinggi atlet terhadap kualitas dan performa raket Yonex.

Li-Ning

Li-Ning juga memiliki basis pengguna yang kuat di kalangan atlet profesional. Beberapa pemain top seperti Chen Long dari Tiongkok dan Jonatan Christie serta Anthony Ginting dari Indonesia menggunakan raket Li-Ning.

Penggunaan oleh atlet-atlet top ini menunjukkan bahwa Li-Ning mampu bersaing dengan Yonex dalam hal kualitas dan performa.

Terakhir

Kedua merek, Yonex dan Li-Ning, memiliki keunggulan masing-masing dalam industri bulutangkis. Yonex unggul dengan sejarah panjang, teknologi canggih dan diversifikasi produk yang luas.

Sementara itu, Li-Ning menunjukkan kekuatan dengan inovasi teknologi, popularitas di kalangan atlet top dan pendapatan yang signifikan. Pilihan antara kedua merek ini tergantung pada preferensi pribadi, kebutuhan teknologi dan anggaran setiap individu.

Apapun pilihannya, baik Yonex maupun Li-Ning menjamin kualitas dan performa yang tidak akan mengecewakan pemain bulutangkis.

Mungkin itulah bebreapa ulasan kami terkait dua merk raket terkenal ini. Kami harap anda tidak kebingungan lagi harus memilih merk raket yang mana. Karena keduanya memilih kualitas dan peforma yang tidak jauh berbeda.

Similar Posts